Berita  

Terlalu Banyak Video Conference, Hati-Hati Kesehatan Mental

Hallo sobat bintang! Bagaimana kabarnya? Mudah-mudahan sehat selalu ya. Saat ini kebanyakan sobat semua sudah kembali memulai aktivitasnya. Untuk yang masih sekolah, tahun ajaran baru sudah mulai kembali berjalan. Bagi para mahasiswa pun sudah mulai kembali perkuliahan. Mungkin ada juga sobat disini yang menjadi mahasiswa baru, terus lagi ospek online dan dibentak sama kakak tingkatnya. Eh.

Terhitung sejak dimulainya masa pembatasan sosial bulan Maret lalu, saat ini kita seakan sudah terbiasa untuk berkomunikasi secara daring. Contohnya untuk kalangan pelajar dan mahasiswa dalam proses pembelajaran. Dalam dunia kerja pun tidak jauh berbeda, meeting yang biasanya diadakan secara tatap muka langsung kini sudah menjadi hal lumrah dilakukan secara konferensi video.

Baca juga: Tips menjadi youtuber by Garasi Drift, Spesial 1 Jt Subscriber

Secara sadar ataupun tidak, orang mulai berlomba untuk tampil menarik di depan layar. Meskipun yang terlihat hanya bagian wajah hingga setengah badan dan area yang terlihat oleh kamera. Selebihnya, elemen lain yang tidak terlihat oleh kamera dianggap tidak terlalu penting.

Banyaknya jadwal konferensi video secara otomatis meningkatkan interaksi kita secara daring pula. Secara tidak langsung juga memengaruhi penilaian kita terhadap orang lain dan diri kita sendiri. Mulai muncul perasaan “insecure” terhadap penampilan diri sendiri. Hal inilah yang dikhawatirkan menjadi pemicu ketidakseimbangan emosi dan mental seseorang.

Jika kita mundur lagi sebelum era pandemi, situasi ini sebetulnya sudah terjadi sebelumnya pada saat maraknya penggunaan media sosial Facebook, Twitter dan Instagram. Melansir CNN Indonesia, psikolog dari International Psychology Clinic dr. Martina Paglia mengungkapkan bahwa banyaknya komunikasi melalui platform sosial dan langkanya interaksi sosial secara langsung menyebabkan paradoks kesepian, kecemasan, depresi, kebencian dan narsisme yang terkait langsung dengan penggunaan media sosial yang berlebihan.

Bagi yang sudah mengalami gejala kecemasan pada platform media sosial sebelumnya, banyaknya konferensi video hanya akan menambah kecemasan tersebut. Alih-alih untuk bisa lebih fokus pada meeting, malah lebih memerhatikan penampilan diri sendiri di layar. Belum lagi yang tidak memiliki ruangan khusus untuk belajar atau bekerja secara terpisah di dalam rumah, berbagai gangguan seringkali mengurangi fokus. Pada akhirnya hal-hal tersebut malah menurunkan produktivitas kita.

Jika sudah seperti itu, maka coba mari kita rehat sejenak. Berbagai platform media sosial terutama video konferensi saat ini hanya sebagai alat pendukung bagi kita berkomunikasi pada saat pandemi. Interaksi secara langsung tetaplah menjadi yang paling utama bagi kita sebagai mahluk sosial. Meskipun menjaga jarak, kita tetap bisa berinteraksi langsung dengan orang-orang terdekat. Jika keseimbangan interaksi tersebut sudah didapatkan kembali, maka kecemasan dalam bermedia sosial akan dapat kita hindari. Tetap jaga kesehatan fisik, mental dan perasaan yah sobat, hehe.

Respon (7)

  1. Tetap patuhi protokol kesehatan untuk berinteraksi secara langsung karena tetaplah menjadi yang paling utama bagi kita sebagai mahluk sosial.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *