RA Kartini Pahlawan Emansipasi Wanita – Tokoh pahlawan nasional satu ini sangat terkenal di Indonesia. Seorang wanita yang menjadi panutan bagi para wanita diera sekarang ini. Dialah Raden Ajeng Kartini Djojo Adhiningrat atau yang sering dikenal dengan sebutan R.A Kartini, beliau dikenal sebagai salah satu pahlawan nasional yang dikenal dengan kegigihannya memperjuangkan emansipasi wanita indonesia .
Biografi Raden Ajeng Kartini
R.A Kartini lahir di Jepara, 17 April 1879 Jawa Tengah. Kartini wafat di Rembang, Jawa Tengah, 17 September 1904. Hari kelahirannya itu kemudian diperingati sebagai Hari Kartini untuk menghormati jasa RA Kartini pada bangsa Indonesia.
Kartini menikah dengan K.R.M. Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat dan mempunyai anak bernama Soesalit Djojoadhiningrat. Gelar Raden Ajeng dipergunakan oleh Kartini sebelum ia menikah, jika ia sudah menikah maka gelar kebangsawanannya menjadi R.A (Raden Ayu) menurut tradisi Jawa. Ayahnya bernama R.M. Sosroningrat, salah satu putra dari Pangeran Ario Tjondronegoro IV, beliau adalah seorang bangsawan yang menjabat sebagai bupati jepara kalau itu, yang merupakan kakek dari R.A Kartini.
Ibunda R.A kartini yang bernama M.A. Ngasirah, beliau ini merupakan anak dari seorang kiai atau ulama di Telukawur, Kota Jepara. Menurut sejarah, R. A Kartini merupakan keturunan dari Sri Sultan Hamengkubuwono VI, bahkan ada pula yang mengatakan bahwa ayahnya mempunyai garis keturunan yang berasal dari kerajaan Majapahit.
R.A Kartini memiliki saudara yang berjumlah 10 orang yang terdiri dari saudara kandung dan saudara tiri. Kartini sendiri merupakan anak kelima dan anak perempuan tertua dari 11 bersaudara. Sebagai seorang bangsawan, ia juga berhak memperoleh pendidikan. Oleh karena itu,ayahnya menyekolahkan Kartini kecil di ELS (Europese Lagere School). Di ELS Kartini kemudian belajar Bahasa Belanda dan bersekolah disana hingga berusia 12 tahun sebab ketika itu menurut kebiasaan ketika itu, anak perempuan yang harus tinggal dirumah untuk ‘dipingit’.
R.A Kartini Tentang Emansipasi Wanita
Meskipun berada di rumah, R.A Kartini masih aktif dalam melakukan korespondensi atau surat-menyurat dengan temannya yang berada di Belanda sebab beliau juga sangat fasih dalam berbahasa Belanda. Dari sinilah kemudian, Kartini mulai tertarik dengan pola pikir perempuan-perempuan Eropa yang sering ia baca dari surat kabar, majalah serta buku-buku. Hingga dikemudian hari ia mulai berpikir untuk berusaha ingin memajukan perempuan pribumi sebab dalam pikirannya kedudukan perempuan pribumi masih tertinggal jauh atau memiliki status sosial yang cukup rendah pada kala itu.
Ketertarikannya dalam membaca membuat beliau memiliki pengetahuan yang cukup luas dalam bidang ilmu pengetahuan dan kebudayaan, R.A Kartini memberi perhatian khusus pada masalah emansipasi wanita dilihat dari perbandingan antara wanita eropa dan wanita pribumi. Surat-surat yang kartini tulis lebih banyak berupa keluhan-keluhan mengenai kondisi wanita pribumi kalau itu, dimana ia melihat contoh kebudayaan jawa yang lebih banyak menghambat kemajuan dari perempuan pribumi ketika itu. Ia juga mengungkapkan dalam tulisannya bahwasannya masih ada banyak kendala yang dihadapi perempuan pribumi khususnya di Jawa agar bisa lebih maju.
Kartini menuliskan bahwa penderitaan perempuan di jawa seperti harus dipingit, tidak bebas dalam menuntut ilmu atau belajar, serta adanya peraturan adat yang mengekang kebebasan para perempuan. Cita-cita luhur R.A Kartini adalah ingin melihat perempuan pribumi dapat menuntut ilmu dan belajar seperti sekarang ini. Gagasan-gagasan baru mengenai emansipasi atau persamaan hak wanita pribumi olah Kartini, dianggap sebagai hal baru yang dapat merubah pandangan masyarakat hingga saat ini. Selain itu, tulisan-tulisan Kartini juga berisi tentang makna Ketuhanan, Kebijaksanaan dan Keindahan, peri kemanusiaan dan juga Nasionalisme. Inilah yang menjadi keistimewaaan dari Seorang Raden Ayu Kartini.
Pada tahun 1903 pada saat R.A Kartini berusia sekitar 24 tahun, ia dinikahkan dengan K.R.M. Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat adalah seorang bangsawan dan juga bupati di Rembang yang telah memiliki tiga orang istri. Meskipun begitu, suami R.A Kartini yakni K.R.M. Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat memahami apa yang menjadi keinginan R.A KArtini sehingga ia kemudian diberi kebebasan untuk mendirikan sekolah untuk wanita pertama yang kemudian berdiri di sebelah kantor pemerintahan Kabupaten Rembang yang sekarang lebih dikenal sebagai Gedung Pramuka.
Berkat perjuangannya kemudian di tahun 1912, berdirilah Sekolah Wanita yang didirikan oleh Yayasan Kartini di Semarang yang kemudian meluas ke Surabaya, Yogyakarta, Malang, Madiun, Cirebon serta daerah lainnya. Sekolah tersebut diberi nama “Sekolah Kartini” untuk menghormati semua jasa-jasanya. Yayasan Kartini ini diolah keluarga Van Deventer, seorang tokoh Politik Etis di era kolonial Belanda.
Sekian mengenai biografi serta profil singkat R.A Kartini, semoga informasi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.